Kamis, 20 November 2014

CINTA SENDIRIAN

Sedang di dalam fase, dimana aku sedang jatuh cinta.
Jatuh cinta kepada seseorang yang baru-baru ini kukenal.
Kepada seseorang yang mampu melupakan kesedihanku karena masalaluku yang kelam.
Dia yang setiap hari mengganggu pikiranku.

Cintaku ini ada didepan mata, ia dekat, tapi entah.......seperti terasa jauh.
Apa karena aku jatuh cinta sendirian? Makanya ia terasa jauh?
Apa aku salah mencintai dia?
Ini benar-benar cinta? Atau hanya ketertarikan sesaat?
Apa hati ini terlalu bodoh, bodoh karena terlalu mudah mencintai orang baru?
Bahkan belum tentu orang itu mencintaiku.
Apa sesakit ini rasanya jatuh cinta sendirian? Memang bukan cinta yang salah. Tapi hati, salahkan hati ini yang memilihnya.
Sekarang aku kesulitan mengurus perkara jatuh cinta yang sendirian ini.

Aku yang hanya bisa memandanginya dari kejauhan.
Disana, ia sedang bersama teman-temannya. 
Lelaki aneh namun bisa membuatku cinta seperti ini, apa aku dilarang untuk melihatmu dari dekat?
Tidakah kamu merasakan cinta ini?
Tidakah kamu merasakan bahwa aku ingin memilikimu?
Tidakah kamu merasakan bahwa aku ingin membahagiakanmu?

Aku yang setia menunggu, terkadang merasakan setia itu sakit.
Apa lagi jika setia kepadamu yang tidak mengetahui bahwa ada cinta disini, di diriku.
Hati ini terlalu tak bernyali, ingin menyatakan bahwa cinta ini terlalu dalam, namun ketakutan selalu muncul begitu saja.
Cinta kadang-kadang memang serba salah, diam salah, bicarapun tak dianggap.
Andaikan bibir ini bisa menyuarakan semua yang ada di dalam hati......
Satu pesan untuk hatiku, bertahanlah meski harus cinta sendirian, jangan hilang................


Sabtu, 06 September 2014

TOLONG, MENGERTILAH

Jatuh cinta memang terkadang butuh perjuangan. Bukan terkadang lagi, memang mencintai butuh perjuangan.
Apalagi kalau mencintai sendiri, berjuang sendiri.
Jatuh cinta sendiri, berjuang sendiri.
Menahan luka, berjuang sendiri.
Melupakan yang tidak mencintai kitapun, harus berjuang sendiri.
Sakit? Iya, memang sakit.
Tahan? Bisa karena ini bukan salahmu, tapi salahku.
Aku yang bodoh tak bisa menahan hati.
Seandainya kita bisa bertukar posisi, kamupun pasti bisa merasakan bagaimana rapuhnya menjadi diriku.

Aku tak pernah sesedih ini. Kukira waktu yang kubutuhkan untuk melupakanmu juga tak sepanjang ini.
Aku salah besar. Hari-hari yang kulalui, bersama dengan usaha untuk melupakanmu, ternyata tak menemukan titik temu.
Kamu masih jadi segalanya, masih berdiam dalam kepala, masih jadi yang paling penting dalam hati.
Maaf, jika segala kejujuranku terdengar bodoh. 
Sungguh waktu masih ada kamu, aku beranggapan semuanya indah.
Aku tahu semuanya juga akan berakhir buruk.
Hari-hariku jauh lebih indah semenjak ada kamu. Lebih berwarna, warna itu yang membuat aku selalu bersemangat.
Entah, sekarang semenjak kamu perlahan-lahan pergi, aku rapuh, aku jatuh, aku hancur.

Dimana sosok dirimu yang dulu, yang selalu menjadi alasanku untuk tersenyum sekaligus menangis.
"Seandainya sekarang aku berada di sampingmu, akan kuceritakan sebuah kisah tentang melupakan dan mengikhlaskan, sungguh dua hal itu bukanlah hal yang mudah."

Aku, yang mencintaimu dan yang selalu berusaha untuk melupakanmu tapi selalu gagal.
Yang mencintaimu bukan untuk mengejar status, tapi hanya meminta untuk kau hargai.
Biarkan cinta ini mengalir, jangan paksa untuk aku melupakannya.
Karena harus kamu tahu, mencintaimu sampai sekarang ini bukanlah hal yang mudah, butuh perjuangan dan air mata.
Dan harus kamu tahu, mencintaimu tidak membuat aku menyesal. Ini maunya hatiku, bukan diriku.