Suatu ketika,
disaat hati ini sedang terpuruk oleh masalalu, kamu datang membawa segalanya
yang kuanggap kebahagiaan.
Ya, senyum selalu hadir ketika bersamamu, seketika
lupa sama rasa sakit yang sedang kualami.
Ngga ada lagi air
mata kesedihan yang kemarin-kemarin terus ngalir ngga berhenti.
Kamu selalu bikin aku
nyaman. Kamu lucu, beda, beda banget sama masalaluku yang cuek bebek seakan
ngga pernah perduli.
Kamu perhatian,
walaupun aku ngga tahu apa cuman sama aku kamu perhatian? Atau emang ke semua
cewek kamu begitu?
Cewek mana yang ngga
seneng di kasih perhatian sama cowok? Ya walaupun hanya sebatas perhatian kecil
gitu.
Nyaman, nyaman
banget rasanya. Aku baru sadar, sepertinya dia sudah tergantikan olehmu…. Ya,
dia masalaluku.
Mungkin sekarang
kamu adalah orang yang aku cintai. Bukan dia lagi.
Cinta suka datang
tiba-tiba, datang dengan sendirinya.
Entah sampai
sekarangpun, hati kecil selalu bertanya…. Mengapa aku bisa mencintaimu?
Akupun ngga punya
alasan kenapa aku bisa jatuh cinta sama kamu. Sulit di deskripsikan.
Apa kamu hadiah
dari Tuhan, yang sengaja Tuhan kirim untuk menyembuhkan luka dihati ini?
Apa kamu hadiah
dari Tuhan, yang Tuhan kasih untuk bisa mengembalikan lagi senyumku yang sempat
hilang karena masalalu?
Apa kamu adalah
jawaban dari doaku selama ini?
Entah, aku hanya
bisa berharap kamu tidak seperti masalaluku.
Membuat tertawa
tapi akhirnya berujung pada air mata.
Memberi harapan
lalu pergi begitu saja.
Mengajakku terbang
tinggi, tapi disaat aku sedang menikmati kebersamaan ia malah menghempaskanku
begitu saja.
Aku lelah dengan
semua itu.
Aku lelah mengingat
yang lalu, begitu kelam.
Aku lelah menangis
untuk orang yang tak pernah melihatku sedikit saja.
Aku terus berharap
kamu yang akan menjadi orang terakhir untuk aku cintai.
Kamu sederhana, apa
adanya, tapi aku selalu bahagia dibuatmu.
Sampai disuatu
ketika hati ini berteriak ingin mengungkapkan semuanya. Mengungkapkan bahwa ada
aku disini, yang mencintaimu.
Hening, hati ini hening
sewaktu kamu berubah.
Bisu, mulut ini membisu
sewaktu tahu ada yang berbeda dari dirimu.
Entah apa itu, tapi
aku merasakannya.
Jujur membuatku
salah, tak jujur membuatku semakin tertekan dengan semuanya.
Aku seolah berpesan
pada hati, “Nanti saja, simpan dulu sendiri. Belum saatnya kau mengungkapkan.”
Tapi hati selalu
memaksa, selalu berteriak, “Aku lelah, sudah cukup memendam rasa ini sendirian,
aku ingin dia tahu yang sebenarnya.”
Hingga disuatu
malam aku bertanya pada diri sendiri, “Masih kuat sampai sini? Atau mau
selesai, lupakan dia? Bertahan? Sanggupkah?”
Air mata terus
menetes, membayangkan kamu yang dulu pernah membuatku bahagia.
Terluka, ternyata aku
salah mengartikan perhatianmu selama ini yang kuanggap itu adalah perhatian special
kamu berikan kepadaku.
Pengorbananku yang
selalu ingin memberitahu bahwa aku mencintaimupun kauabaikan. Tak sedikitpun
kamu mau melihatnya.
“Pergilah
bermain-main, tak perlu memikirkan noda dan luka. Ketika lelah nanti pulanglah,
sebab ada yang menunggumu dan segala kotormu.”
Ya, mungkin sesekali
kita perlu bertukar posisi. Rasakan jadi diriku, menunggu tapi yang ditunggu
tak pernah sadar, tulus dan ikhlas mencintai tapi diabaikan.
Tengok aku jika
kaubutuh, datangi aku jika mau, aku selalu ada untukmu.
“Aku mencintaimu,
maka aku biarkan kau tak kuganggu. Mengertilah, tak mudah menjadi aku, tak
mudah menaif-kan perasaan.”
Rasa sunyi
tolonglah jangan menghantui, kuingin kau berhenti membuatku sedih.
Ini dari cinta, cinta yang sedang menunggumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar